Minggu, 02 November 2008

SENJA JINGGA DIPANTAI BERPASIR PUTIH

Ombak tak henti membasahi kaki Sashi yang semakin terbenam dipasir putih, sebagian pasir itu kembali ketengah bersama beningnya air laut, sebagian lagi bersembu-nyi dibawah telapak kakinya. Begitu terus, puluhan bahkan ratusan kali, seakan tak bosan menyapanya dan menyentuhnya, kadang terasa lembut namun sering juga seperti ingin mengusik lamunannya. Angin pantai terasa giris menggeraikan rambut Sashi yang pan-jang. Semua itu tak bisa membuyarkan lamunannya, jauh… menjelajah ombak disenja jingga itu, sisa mentari semakin berlomba diatas riak dan buih, menyanyikan lagu pilu untuk hati Sashi yang merangkai memory dibalik airmatanya, mengaburkan pandangan-nya dipantai berpasir putih itu. ………………
“Kamu jadi cowo kog pinter masak sih Tob? Masakanmu kemaren bener2 enak deh ! Aku jadi malu nih…!!”
Sashi dan Toby menyusuri pantai, meninggalkan jejak mereka dipasir putih, desau daun cemara yang ditiup angin menyanyikan lagu alam yang terasa begitu ceria.
“Itukhan salah satu ilmu resep yang ku dapat dari mamaku ? Itu belum seberapa lho, ntar dech aku masakin buatmu yang lebih istimewa lagi, ehemm . kalo kamu sering nyobain masakan2ku, aku yakin kamu pasti tambah suka sama aku ! Hehe …!!”
“Iiiich… kamu kog pede amat siiihh?”
Sashi mencubit kecil tangan Toby, Toby segera mengelak dan menangkap tangan Sashi sambil tertawa kesenangan, memang Toby suka meledek, Sashi senang dan juga gregetan dengan ledekan Toby. Mentari senja masih bersinar lembut, lembayung kelihatan begitu bersahabat, Toby menarik tangan Sashi, mereka duduk dipasir, Toby meraup pasir putih itu dan memainkannya.
“Kamu tau ngga, kata mama, dulu mereka sering mengambil pasir laut ini untuk mencuci alat perabotan dapur, sebelum Vim dan cairan pembersih yang mengandung ki-mia itu rame dijual dimana mana.”
“Ah mosok sih? Apa ngga malah kotor tuh? Tapi pasirnya memang bersih banget ya?” Sashi ikut memainkan pasir itu, halus dan memang putih.
“Tuhkhan? Kamu pasti gak percaya deh, kamu liat sendiri pasirnya bersih banget, kamu udah biasa sih sama pasir Ancol yang hitam dan kotor itu, ya mana mungkin dipake untuk bersihin alat dapur, apalagi yang diBali, waaw!! dekilnya ampun2 deh !”
“Iya, memang … disini polusinya hampir nggak ada, nggak kayak di Jakarta dan kota kota besar lain, makanya aku suka banget disini.”
“Heeeh ? Apa bener niih ? Orang pada ingin tinggal diibukota, tapi kamu kok malah suka dengan pulauku yang kecil gini ? Ahh pasti karna pacarmu ini orang sini, iyakhan? Iya aja deh..”
“Tobyyyy… !! Kamu jadi orang ‘ge- eran’ banget !! Sebeell !!
Sashi melemparkan kulit kerang kearah Toby yang segera bangkit berlari karena Sashi berniat memukulnya, tanpa menyadari ada sesuatu yang jatuh dari kantong jaketnya. Sashi surprise sekali karna itu ternyata telpon genggamnya Toby, dia langsung teriak .
“Hoooi… aku dapat Hpmu nih…horeee.. hpmu ada sama aku…!!” Toby segera berbalik 180 drajat dan mengejar Sashi yang berteriak teriak kegirangan. Mereka tak menghiraukan kelopak malam mulai mengintip diujung senja dan pantai kian sepi oleh para pengunjung, dikejauhan masih terlihat satu dua kendaraan parkir, rupanya ada juga yang enggan meninggalkan mentari yang semakin hilang ditelan lautan, senja jingga dipantai berpasir putih itu perlahan berganti dengan pendar emas kawanan bintang yang terpantul dihamparan riak dan ombak mengiringi pekik burung laut terakhir dijelang malam.
……………..
Taplak putih bersih berhiaskan manisnya renda putih menutupi meja altar, sebuah salib kecil terletak diatasnya, ada sebuah salib besar tergantung dibelakang meja altar itu, lengkap dengan corpusnya, dibawah salib besar itu terlihat sebuah lemari kecil yang ditutup dengan tirai putih lembut, pintu kecil berwarna keemasan mengintip dibalik tirainya. Sashi ingat kalau lemari kecil yang kokoh melekat didinding itu disebut Tabernakel, Toby yang mengatakannya saat ia bertanya dulu ketika pertama kali Toby mengajaknya kesana.
Entah kenapa Sashi suka sekali dengan suasana damai dan tenang didalam gereja itu. Dia suka menatap wajah Bunda Maria yang teduh dan cantik dengan kerlip lilin dibawah kakinya, Sashi duduk disitu, setia menemani Toby yang khusuk berdoa dibawah patung yang berwajah manis itu . Walaupun Toby bukanlah penduduk asli pulau itu, tapi karena dia dilahirkan dan dibesarkan disitu, jadi dia amat mencintai semua yang ada dipulau itu. Sashi mengenal Toby dikampus mereka diJakarta, danToby adalah salah satu seniornya, tiga tahun diatas Sashi dan kebetulan Sashi mempunyai tante yang tinggal dipulau itu.
Tadinya Sashi hampir tak pernah menginjak pulau itu, kecuali sewaktu kecil pernah diajak orangtuanya berlibur kepulau itu mengunjungi tantenya. Dan sekarang dia berada disitu, dia sudah resmi pacaran dengan Toby sejak dua tahun lalu. Sashi ingat sewaktu Toby mengajaknya pulang untuk diperkenalkan dengan keluarga Toby. Sungguh amat sangat menyenangkan, keluarga Toby amat ramah dan menerima Sashi dengan hangat, papa Toby amat kebapakan, darah Eropa masih terlihat kental pada kulitnya yang putih dan mata yang kebiruan, papa Toby adalah sosok yang humoris dan penyabar, se-dangkan mama Toby pintar masak dan kelihatan berpendirian teguh. Toby suka sekali menimba ilmu dapur dari mamanya.
“ Melamun non?”
Sashi terkaget, tak menyadari Toby sudah duduk disampingnya, menatapnya lem-but, tersenyum.. membuat wajah putih dan tampan itu semakin menarik. Gereja amat sepi dan lengang, karena hari itu bukanlah hari Minggu, Sashi menyandarkan kepalanya dipundak Toby yang segera merangkul bahunya, mereka tidak berkata kata, membiarkan keheningan memeluk hati mereka berdua, mereka tak ingin rasa itu terusik. Hening.. dan bening… Besok Sashi akan pulang ke Jakarta dengan pesawat sore, sebetulnya Toby mau mengantar sampai ke Ibukota, tapi Sashi melarangnya.
“Ga usah deh Tob, kita udah dua tahunan ini bolak balik bareng terus, khan aku dijemput mama dan kakakku,”
Toby sudah menyelesaikan kuliahnya dengan nilai amat memuaskan, tapi memi-lih pulang kepulaunya yang berpantai indah itu untuk mewujudkan impiannya, menjadi pemandu wisata alam dan akan memelopori pencanangan pemeliharaan alam sambil menolong usaha papanya. Sashi dan Toby sudah sepakat untuk tidak tinggal di Jakarta nanti, mereka akan tinggal dipulau itu.Tapi Sashi masih harus menyelesaikan kuliahnya sekitar 3 tahun lagi. Kedua orangtua Sashipun akhirnya tidak keberatan dengan hubungan dan keputusan mereka.
Beliau berdua melihat kalau Toby adalah baik dan pria yang amat bertanggung jawab, soal perbedaan keyakinan tidaklahmerisaukan mereka, kedua belah pihak mempercayakan sepenuhnya pada Sashi dan Toby, Sashi merasa sangat beruntung mempunyai orangtua seperti mereka.
“Kog aku berat pisah kali ini ya Shas? Atau … mungkin karena selama ini kita selalu pulang pergi bareng ya? Eh, kamu tau gak aku tadi berdoa apa sama Bunda Maria?”
“Ya mau lha! Emang itu yang aku pengen tanya sama kamu, abis doanya khusuk dan lammmaaa banget !! Tapi kamu jangan sentimentil gitu dong..!Nanti aku minta dian- terin pulang nih . Anter anteran deh kita, mau gitu?”
“Aku sih mau aja… hehe…wong aku mau dekatmu terus kok, masak buatmu …godain kamu, bikin kamu cemberut, tersenyum..tertawa …aku sukaaa banget ! Oh ya, tadi aku minta sama Bunda Maria supaya selalu jagain kamu, sayangin kamu, lindungin kamu dan semoga kamu tetap selalu cantik dan panjang umur. Aku juga berdoa mengu-cap syukur karena selama dua tahun lebih kamu selalu bikin aku bahagia, kamu sudah membawa warna yang terindah dalam hidupku… makasih ya Shazzz, aku sayang banget sama kamu… !”
Sashi tertegun, tiba2 seperti ada sesuatu yang nyangkut dilehernya, entah mengapa, dia merasakan ada getaran aneh disuara Toby… tapi Sashi tak bisa menebak apa yang membuat perasaannya tidak enak.
“Yuk.. kepantai kita yuk? Khan doanya udahan ? Inikhan terakhir aku nemenin kamu main pasir pantai, ntar aku buatin macam2 formasi pake pasir laut, kamu pasti suka deh.” Toby amat mencintai pantai yang berpasir putih bersih itu. Dia selalu suka dengan alam yang bersih dan belum terpolusi. Pernah dia berkhayal gombal seandainya dia jadi Menteri Lingkungan Hidup.
“Kalau aku jadi Menteri Lingkungan Hidup, pertama tama aku akan babat semua gedung pencakar langit di jalan Thamrin, Sudirman , Kuningan dst dstnya, termasuk real estate dan hutan ruko yang merusak lingkungan itu, lalu aku akan menggantinya dengan hutan rimba, lengkap dengan orang utan dan semua penghuni hutannya, aku ngga mau lagi liat gedung pencakar langit disana. Semua harus hijau tanpa polusi…!!”
“Lho ..lhoo…! Kalo semuanya jadi hutan gitu kantor bokap gua dimana doong?” Sashi protes, ngeri juga membayangkan kalau Jakarta menjadi hutan rimba semuanya, Toby santai aja menjawab:
“Gampang !! Diatas pohon ! Tapi ijin dulu sama orang utannya….huahahaha… !!
………………………..
“Sudah malam sayang, kita pulang yuk? Nanti kamu masuk angin lho…”
Suara lembut membuyarkan lamunan Sashi, selembar jaket diselimutkan ketubuhnya yang mulai kedinginan. Dikeremangan malam Sashi berusaha menatap wajah pria yang membimbingnya mesra menjauh dari pasir basah dan dingin , mendekapnya dan menghapus airmatanya, kaki mereka yang tanpa alas tiba dipasir kering, menuju kendaraan mereka dan meninggalkan pantai berpasir putih itu….

“Thanks Dhiza…” suara Sashi terdengar lirih. Andhiza menoleh, tersenyum penuh pengertian dan sayang.
“Its really ok Sashi sayang, Tobykhan sahabatku juga, kita berdua sama sama kehilangan dia, dan kita tak akan melupakan Toby sampai kapanpun, dia adalah bagian dari kita berdua, tanpa Toby aku tak akan mengenalmu dan menyayangimu, Toby akan selalu menjadi sahabat kita, aku.. aku sering merasa … “
Andhiza terbata bata dan menghentikan kendaraannya ketepi jalan yang sudah gelap dan hanya diterangi oleh lampu neon sepuluh watt dari teras rumah penduduk dikiri kanan jalan, dikejauhan terlihat penerang jalan yang berwarna oranye kekuningan,
“Sering merasa apa Dhiz?” Tanya Sashi ingin tahu, Andhiza menarik napas panjang, dlm keremangan Sashi melihat mata Andhiza berkaca kaca.
……………………………

“SHAS, BSK AKU MAU RENANG SM TMN2 ‘KEPANTAI KITA’, CB ADA KM YA, PASTI LBH SIIP, HEHE.., SENIN AKU JMPT YA? LUV N MIZ U ALW”
Sabtu malam itu Toby mengirim pesan singkat buat Sashi, teman2 alumnus sudah beberapa hari berlibur kepulau itu, semua ada sekitar dua puluh orang. Sashi ingat kalau Toby selalu mengatakan pantai indah itu dgn sebutan ‘pantai kita’. Sashi akan berangkat besok hari Seninnya, Toby dan teman2 akan jemput rame2 dibandara., mereka sudah berencana dari bandara akan langsung kepantai lagi sampai malam. Sejak Sashi pulang ke Jakarta 3 bulan yang lalu mereka belum pernah jumpa lagi. Toby selalu rutin menelpon dan mengirim sms, hampir tiap jam dan menit, apalagi belakangan ini, Toby selalu menggodanya hampir sepanjang 24 jam, membuat Sashi jadi sebel trus ngomel, dan seperti biasa Toby akan tertawa tawa kesenang-an.
Malam Senin itu Sashi dikamar menyusun pakaian kekoper sambil ngobrol ringan dengan mamanya yang duduk ditempat tidur Sashi, ketika telpon genggamnya berdering, ternyata dari Gaby adik Toby, dan… suara tangis ditelpon itu hampir tak bisa didengar oleh Sashi, tapi ada beberapa kata yang membuat Sashi merasa dan mengharapkan bahwa itu hanyalah mimpi buruk belaka dan itu bukanlah nyata…..
“Mbaak……kak Toby ……kak Toby hi….lang di…laut...!! Kak Toby diseret om..bak…..!! Papa… temen2 masih…masih.. nyari kak Toby disana…”Sashi terduduk lemas …..tak bersuara sepatahpun wajahnya pucat pasi ! Mamanya segera melompat kearahnya…….
Ternyata semua guyon dan canda yang amat sering belakangan ini adalah yang terakhir dari Toby, Sashi tak pernah bertemu Toby lagi. Dan itu adalah SMS terakhir dari Toby, Sashi tak tahu dari mana dapat kekuatan ketika dia tetap berangkat esok harinya, mama dan papanya langsung memutuskan untuk berangkat bersamanya dan membeli tiket di bandara. Sesampainya disana Sashi melihat sebagian dari teman2 menjemputnya dibandara , yang lain sedang mencari Toby dipantai. Sashi masih tetap berharap ada Toby diantara mereka. Siapa tahu Toby selamat, siapa tahu Toby cuma bercanda, siapa tahu…siapa tahu… yang semuanya adalah hanya harapan kosong…! Teman2 Toby memeluk Sashi, menangis, mata Sashi masih mencari Toby diantara kerumunan orang2 yang menjemput, tapi Toby tak ada diantara mereka, tak ada !! Duh Tuhan !! Sashi berteriak histeris menyerukan nama Toby dan semua gelap…pekat !! Sashi jatuh tak sadarkan diri…!!.

Hari demi hari mereka terus mencari, menyusuri pantai itu yang kelihatan begitu garang dengan gemuruh ombaknya dibulan Januari,gelombangnya menghempas liar kebatukarang, kadang berdiri menjulang tinggi, kehitam2an bagai hantu yang menye- ramkan dan siap menyambar siapa saja yang mendekat. Sashi ikut bersama dengan rombongan, baik yang dari Jakarta maupun dari sana. Sashi melihat pokok2 cemara tertunduk terseok tak berdaya, sebagian dahan dan cabangnya patah diterjang angin, beberapa pohon kelapa roboh terkapar dipasir, disapu ombak yang ganas, tak ada yang indah saat itu, langit kelam dan awan tebal berwarna abu abu, mengerikan, semua seperti melarang pergi, alam seperti tak ingin pencaharian Toby dilanjutkan. Dan jazad Toby tak pernah kembali….!
Sashi takkan pernah bisa melupakan betapa sedih dan pilunya wajah papa Toby ketika memeluknya, menangis sesenggukan, sedangkan mama Toby adalah sosok yang tegar, tiap hari pergi kegereja menyalakan lilin dikaki Bunda Maria, dan berdoa berjam jam. Mama Toby tidak pernah ikut bersama rombongan kepantai berpasir putih itu, beliau selalu tekun dalam doanya. Wajah yang putih dan masih cantik itu menyimpan duka yang berlaksa laksa tak terperikan ketika tangan lembutnya mendekap Sashi dan mengelus punggung Sashi penuh kasih.
Pada hari ketujuh mereka mengadakan misa requiem untuk Toby digereja. Saat lonceng gereja yang tergantung dimenara didepan gereja itu berdentang dentang, Sashi merasakan irama dentang lonceng itu amat mengiris hati, seperti melagukan sejuta duka yang amat dalam, pada saat itu barulah Sashi melihat mama Toby menangis sesenggukan, airmata beliau bagai tumpah ruah tak terbendung lagi dalam pelukan papa Toby, diiringi gema dan dentang yang amat memilukan itu.Tak ada jazad Toby dalam gereja, tak ada peti yang berhiaskan kain putih dan bunga, yang ada hanyalah karangan bunga berben- tuk salib dan bertuliskan nama Toby berdiri didekat meja altar dimana foto Toby terletak disebuah meja kecil bertaplak putih. Sashi melirik kePatung Bunda Maria yang tetap teduh, tersenyum manis, Sashi merasa seolah Toby duduk didekatnya dan berbisik lem-but ditelinganya, menguatkannya. Sashi memang tak punya daya lagi untuk menangis, seluruh tenaga dan airmatanya sudah terkuras habis. Sashi menoleh, ternyata disisinya ada Andhiza, sahabat Toby, selalu setia mendampinginya, tak sedetikpun Andhiza meninggakannya.
Besoknya mereka kepantai untuk tabur bunga kelaut yang dianggap sebagai tempat peristirahatan terakhir buat Toby. Memilukan sekali melihat bunga2 itu kembali kepantai dilempar dan dihempaskan ombak, hanya sebagian kecil saja yang ikut hanyut ketengah laut. Tangisan dan sedu sedan dari orang orang yang mencintai Toby bagai ditelan deburan ombak yang menggemuruh menyambut duka. Teman2 Toby mengatakan waktu berenang saat itu, Toby disambar oleh ombak yang paling besar, masih terlihat Toby melambaikan tangan dan sesudah itu lenyap ditelan ombak berikutnya. Kejadian itu terjadi begitu cepat, seketika barulah mereka sadar kalau ternyata Toby telah diseret ombak. Pertolongan dan bantuan dikerahkan, tapi tak ada yang mendatangkan hasil. Semua hilang begitu saja, tak ada yang percaya. Begitu cepat!
Tiba tiba Sashi merasa benci sekali terhadap pantai berpasir putih itu, dia benci dengan air lautnya yang bening tapi sudah merenggut tubuh kekasihnya. Dia benci dengan pasir putihnya yang telah merampas Toby yang amat dicintainya, Sashi bertekad tak akan pernah menginjak pantai berpasir putih itu lagi, tak akan !!
Kejadian itu sudah sekian tahun berlalu, dan Toby sering datang dalam mimpi Sashi, dan…mengajak Sashi kepantai itu. Tapi begitu sampai disana, Toby selalu menghilang, meninggalkan Sashi yang memanggil manggil namanya. Kemudian Toby akan datang lagi dan selalu datang lagi dalam mimpinya dan selalu mengajaknya kepantai berpasir putih itu.
“Kamu jangan benci sama ‘pantai kita’ dong Shass…. Janji ya ?” begitu selalu kata kata Toby, tapi Sashi tetap menyimpan luka pekat teramat dalam terhadap pantai itu.
…………………………………..
“Aku sering merasa Toby tak pernah jauh dari kita, dan aku amat yakin dia selalu ada dekat kita, dia ingin kita tetap mencintai pantai kebanggaannya, dia pasti senang ka-lau kamu tidak lagi membenci pantai itu, dan kita akan sesekali datang kepulau ini untuk mengunjungi pantai itu, setujukhan Shas?”
“Ya Dhiz, aku setuju aja, asalkan sama sama kamu.” Andhiza segera mendekap Sashi dan berbisik
“Aku takkan pernah meninggalkan kamu sayangku.. kita akan meneruskan impian Toby bersama sama, menyayangi alam, walau Toby maupun aku nggak jadi Menteri Lingkungan Hidup, tapi setidaknya kita bisa menanam banyak pohon dihalaman kita dan membuat hutan kecil buat kita berdua. Orangutannya khan satwa yang dilindungi, jadi nggak bisa dilepas kehutan kita, iyakhan?” Andhiza mencoba menghibur Sashi.

Sashi tersenyum, mereka sekarang amat dekat, akhirnya dia mau membuka hatinya untuk Andhiza setelah sekian lama dia menutup hatinya rapat2, tapi Andhiza tak pernah bosan mendekatinya, memperhatikannya dan menyayanginya dengan tulus. Sekian lama Sashi selalu menghindari Andhiza, mereka begitu mirip, begitu banyak persamaan, seperti kembar saja. Sashi tak tahan melihat kemiripan yang ada diantara mereka, sampai akhirnya cinta Andhiza yang putih dan indah itu mengisi dan mengha-ngati hatinya. Dan juga akhirnya Andhiza berhasil mengajaknya kembali menginjak pulau berpantai indah itu. Mereka akan segera menikah akhir tahun itu juga sesudah Natal dipulau itu dan mereka akan menerima sakramen perkawinan digereja dimana Sashi sering menemani Toby berdoa dibawah kaki Bunda Maria dulu.
Malam semakin larut ketika mobil milik papa Toby itu membawa mereka pulang, jalanan sepi dan lampu kuning sudah dilewati berkali kali. Keluarga Toby menganggap Andhiza seperti pengganti Toby yang hilang, mereka melihat Toby hidup kembali dalam diri Andhiza, mereka bisa melihat Toby yang lain dalam diri Andhiza dengan segala persamaan dan perbedaannya.
Sashi menggenggam erat kalung salib yang tergantung dilehernya, pemberian dari Toby waktu mereka kepantai itu yang terakhir kalinya sebelum Sashi pulang ke Jakarta dulu, kalung salib itu selalu dipakainya, mungil…putih dan cantik dengan berlian ditengahnya. Masih terngiang kata2 Toby sewaktu mengalungkan kalung itu dilehernya.
“Kalung ini untuk anak Tuhan yang paling kusayang, jangan dilepas sampai dia lepas sendiri dari kamu ya?” dan Sashi sungguh tidak menyadari kalau kalung itu terlepas dari lehernya dimalam itu sewaktu mendapat khabar tentang hilangnya Toby, bahkan dia tak menyadari kalau kalung itu tak ada dilehernya selama sekian hari mencari Toby dipantai itu, dan mbok Irah yang menaruh kalung itu dipangkuannya ketika dia tiba kembali di Jakarta.
“Mbok nemu ditempat tidur non Sashi, simbok mau ngasi, tapi non uda berang- kat, maapin simbok ya non ?” Sashi terhenyak lemas dan baru menyadari kalau selama seminggu lebih kalung itu terlepas dari lehernya.
Sashi menatap Andhiza yang pandangannya lurus menembus kegelapan malam, sebentar lagi mereka akan sampai kepinggiran kota, kerlip lampu mulai kelihatan dari jauh seperti ribuan kunang kunang menyambut kehadiran mereka berdua.
Perlahan Sashi melepaskan kalung salib yang sudah sekian lama melekat padanya dan memasukkannya kedalam tas. Disudut tas ada kotak kecil, Sashi meraih kotak itu, mengeluarkan isinya, sebuah kalung salib dari Andhiza, sekian lama kotak itu disimpan disudut tasnya, dan sekarang dia mengalungkan pemberian Andhiza itu dilehernya.
Sashi sudah dibaptis digereja Katholik sejak beberapa waktu yang lalu. Ketabahan mama Toby yang luarbiasa telah menggugah sanubari Sashi yang terdalam, dan ketika ia bertanya mengapa mama Toby sampai begitu kuat, padahal Toby adalah anak laki laki satu2nya. Senyum sendu menghias wajah yang bijak dan cantik itu sambil memberikan sebuah kitab suci kepada Sashi sambil berkata perlahan,

“Bunda Maria telah mengalami hal yang jauh lebih menyedihkan karena penderitaan Putra Tunggalnya yang disiksa sampai mati dikayu Salib, bacalah kitab ini, maka kamu akan mengerti mengapa mama begitu pasrah dan tabah. Penderitaan kita tak ada artinya dibandingkan dengan derita Yesus Kristus yang telah menebus dosa dosa kita.”
Sashi betul2 membaca Kitab Suci itu dengan tekun dan akhirnya dia minta ijin dari kedua orangtuanya untuk memilih Katholik sebagai pegangan hidup-nya. Kedua papa dan mama Sashi tak pernah melarang keputusan Sashi, karena mereka percaya sepe-nuhnya bahwa Sashi yang selalu konsekwen dengan semua apa yang telah dia putuskan untuk hidupnya. Sashi amat berterimakasih sekali kepada kedua orangtuanya, hati mere-ka sungguh2 seluas samudra yang tak berbatas. Sashi merasa amat damai dan teduh saat berdoa dikaki Bunda Maria yang selalu memandangnya dengan tersenyum mais, dan se-lalu merasa mendapatkan kekuatan baru jika berdoa diantara kerlip lilin yang seolah menerangi hatinya……….

Mereka sudah memasuki kota, dan ribuan kunang kunang berubah menjadi semaraknya lampu lampu kota kecil dan tenang

Tak terdengar lagi deburan ombak, senja jingga sudah terlelap, tak terasa lagi angin yang menyapu malam mereka. Hati Sashi berbisik :

“Selamat tidur dipantai kita,Toby , Tuhan Yesus dan BundaNya pasti selalu men-jagamu.. .kami akan datang lagi menemanimu dipantai berpasir putih itu, doakan aku dan Andhiza …”





Jakarta , Agustus 2008
Barbara Leonie Gunthardt
Leonie15@gmail.com

Sabtu, 01 November 2008

DISAAT HIJAU TAK ADA LAGI

Ketika seekor belalang lapar hinggap gelisah dicabang kering kerontang
Mencari sehelai daun yang masihkah tersisa..diantara hangus dan abu
Terbang dan hingap lagi...mengapa semua begitu coklat hitam
Dikepakkan lagi sayap hijaunya
Ah...hanya ada satu daun hijau diujung sisa ranting kering
Mata majemuknya nanar dan langsung menyambar dalam lapar..
Hap..!!
Daun hijau itu menggelepar..!!
Alamaaaakk...!! ternyata itu adalah ...
Sesama belalang yang sedang melepas lelah....yang juga lapar...!!
Maka yang ada...adalah adu kekuatan..!! Berjuang dan bertahan dalam lapar..!!
Sayap sayap hijau berserakan...!!

Induk lutung kebingungan...melolong meratap..memanggil anaknya..
Menggaruk garuk abu dan arang ranting hitam..
Seonggok kecil daging hangus...dipeluk...dicium...rintih kematian ada disitu...

Seekor landak yang patah patah durinya berlari mencari teduh..
Harimau muda merengek ..kehilangan induknya..
Terpanggang dirimba yang apinya nyala membara...
.........................
Ketika ibuku menurunkan seutas tali tambang kedalam sumur...
Diujung tambang terikat sebuah ember timba...
Semakin dalam...semakin dalam...hingga kedasar sumur...
Tak ada setetespun air..berarti tak akan masak apapun hari ini..
Ibuku mengusap keningnya..hampir ingin dia menampung keringatnya untuk kami..
Matanya kosong menatap pohon gosong yang meranggas hitam...
Pikirannya kesumur lain lagi...beberapa kilometer dari sini...!!
Ibuku tak sanggup lagi..
ini sumur yang kedelapan belas..!!
Tapi...desah ibuku lirih...anak2ku tak bisa makan dan minum hari ini...
Ibupun berjalan lagi...kakinya melepuh tertatih dijalan berbatu panas..
Cinta tulus mengukir langkahnya...gerimis harap menghapus letihnya..
Dia memang ibuku yang sejati dan terpuji...!!
Ibu melangkah kesumur yang sesembilan belas..dipagi yang tak lagi pagi...
Bapak sudah tiada sejak tahun lalu..
Mati..tertimbun tanah waktu menggali sumur kering dibelakang rumah..!!
Kami jadi sering melipat perut...melupakan lapar dan dahaga..
Semua kering...semua hitam seperti jelaga..!!
Tak ada lagi sayur hujau dan air segar..

Sayup terdengar jerit tangis tetangga..
Anaknya mati kena demam berdarah...!!
Aaaahhh...
Itu adalah hal yang biasa...!!
Nyamuk Aedes punya kerajaan dimana mana...!!
kecoa...tikus menari kasat mata..!!
Lembu kami yang kuruspun dilahap tikus sawah...!!!
Karena tiada lagi rumpun, lembu jadi kurus...!!
Tiada lagi padi, tikus sawah tambah rakus...dan memberangus...!!

Kemarin pak Mustar mati digebukin rame rame...!!
pasalnya, karena mencuri seember kecil air tetangga sebelah buat wudhu..!!
Pak Lurah bingung siapa yang salah...
Polisi bilang..kasus ditunda saja...
Terlalu banyak isi sel dan penjara...
tak ada makanan untuk narapidana...seteguk air jadi barang langka..!!

Dulu...katanya...tempat ini hijau dan indah..
jadi objek wisata...dingin dan segar..hawa pegunungan sejuk terasa.. Kemudian...
Saudaraku banyak yang menjual jasa..mencarikan tanah bagi orang kaya untuk
bangunan mewah...!!
Saudaraku banyak yang menjual jasa..membantu menebang pohon ..membakar hutan... menggunduli bukit dan gunung untuk hotel dan villa villa...!!
Saudaraku banyak yang menjual jasa...mencarikan gadis muda dikampungku untuk dikawinkan dengan pendatang dari belahan Asia sebelah sana..!!
Maka...saudara kecilku banyak yang bermata tajam dan berhidung mancung tanpa tahu siapa ayah mereka..!!
Sumber kehidupan seperti tercabut !! Direnggut dari nadi dan jantung tanah kami !!
Sedih sekali nasib saudaraku dan tanahku...tak ada lagi yang tersisa...!!
Astaga...!!Hari sudah senja...ibuku tak pulang jua...!!
Mungkin kecebur sumur..!
Mungkin dipukul dan dibentur..!
Maka yang ada...perut kami semakin ditekuk lentur...!!

Ketika hijau itu musnah karena dizolimi oleh tangan dan nafsu serakah anak manusia..
Ketika rumput dan pohon tak lagi mau tumbuh...
Ketika perdu dan belukar tak lagi bercengkrama bergerumbul ditanah pecah...

Saat itu sumur minyak tak lagi dicari...
Karena sumur air tak lagi bisa memberi..
Kitapun tak layak hidup lagi..
Musnah...!! Akibat nafsu dan tangan kit sendiri...!!

Itulah yang pasti akan terjadi...!!
Disaat hijau tak ada lagi...!!

May 22nd 2008

ARTI KEHIDUPAN

MALAM INI AKU LELAH...
AKU NELANGSA... AKU CAPEK MENJELAJAH DAN BERTANYA
SERIBU TANYA YANG MEMBUNCAH..
SEJUTA JAWAB YANG MELAKSA DIGELEMBUNG PARU PARUKU..
AKU KEHABISAN AKAL. UNTUK MERANGKUM GUNDAHKU..
DULU...
AKU BERTANYA PADA AYAH... APAKAH HIDUP...
HIDUP ADALAH MENGEJAR CITA UNTUK MENJADI MANUSIA BERGUNA..
ITU JAWABNYA..
AKU BERTANYA PADA GURUKU.. APA ITU HIDUP..
GURUKU MENJAWAB.. HIDUP ADALAH BELAJAR..BIKIN PR DAN TEPAT WAKTU..
ITU JAWABNYA...
KATA TEMANKU SEBANGKU... HIDUP ADALAH MENGEJAR NILAI ULANGAN..
TAK PERDULI ITU NYONTEK ATAU HASIL OTAK SENDIRI..
KATA SATPAM SEKOLAHKU...
HIDUP ADALAH BERJAGA.. SAMBIL CUCI MATA LIHAT SISWI CANTIK.. ..
BUKA GERBANG DISAAT LONCENG BERBUNYI... ...........
KETIKA AKU BERTANYA PADA SEORANG PASTOR..
HIDUP ITU ADALAH BERDOA MENCARI KESELAMATAN DAN KEDAMAIAN..
AKUPUN BERTANYA.. APA ITU KESELAMATAN DAN KEDAMAIAN..
EH...DIA TERGELAK DAN TERBAHAK...
RUPANYA DIA SENDIRI TAK BISA MEMPREDIKSINYA DENGAN TUNTAS... ......
PAGI INI AKU MELIHAT PEMULUNG DENGAN GEROBAKNYA..
AKU INGIN TAHU APA ARI HIDUP BAGI DIA...
HIDUP ITU SAMPAH NOOONNN...HIDUP ITU SAMPAAAAHHHH..
SAMBIL TUBUHNYA MASUK SEPERTIGA KEDALAM TEMBOK SAMPAH DISALAH SATU PERUMAHAN ELITE.. AKU TERPERANGAH...
MALAM INI BULAN SEPARUH...TERTAWA MENGEJEKKU...
AKU INGAT SEORANG PENGEMIS MENJAWAB..
HIDUP ITU PAHIT DAN MENDERITA...
PADAHAL DIA PUNYA RUMAH DAN SAWAH DIKAMPUNGNYA
HASIL DARI MENJUAL BELAS KASIHAN SEPANJANG HARI..
TAPI HIDUPNYA TETAP MEMINTA MINTA... ...
SEKARANG AKU BERTANYA PADA KALIAN.. APA ARTI SEBUAH KEHIDUPAN..?? YAA...JAWAB SENDIRI LHA...

Rabu, 22 Oktober 2008

BERSATU DALAM HARAPMU PAHLAWANKU

KARYA : Barbara Leonie Gunthardt

ENGKAULAH YANG DINAMAKAN PEJUANG..
YANG BERGUMUL DALAM LUMPUR DAN AIRMATA DIBELANTARA..

ENGKAULAH YANG DIELU ELUKAN..
YANG BERGULAT DALAM DEBU DAN KERINGAT DIBUKIT PADAS..
ENGKAULAH YANG DIPUJA PUJI..
YANG TENGGELAM DIGELIMANG DARAH DISUDUT KOTA..

DERAP LANGKAHMU MENGGETARKAN PERSADA,
PEKIK MERDEKAMU MEMEKAKKAN TELINGA..
MEMBUMI HANGUSKAN KAUM PENJAJAH..
SEJARAH MENOREH NAMAMU……
TINTA EMAS TAK PERNAH CUKUP..
GEMA JUANGMU DAN TETES DARAHMU
TAKKAN LENYAP DIGILAS WAKTU…!!

ENGKAULAH YANG DISEBUT PAHLAWAN..
JASAMU DIUKIR DENGAN PAHAT KENCANA..
HARUM DARAHMU….SEMERBAK JIWAMU..!!

LIHATLAH KINI…
KAMI YANG MASIH BERNAPAS DIPERSADA MERDEKAMU…
PENGGANTI GENERASI…PENERUS CITAMU…
BERGULIR…MENGALIR…MERANGKAK MAJU…!!
MENAPAK TILAS JELAJAHMU , WAHAI PAHLAWANKU…
MERANGKAI MIMPI…MERENDA CITA…..MENYULAM DAMAI..

BANGSA INI CUMA SATU…MENGANYAM TULANG BAHU MEMBAHU…
DARAH INI CUMA SATU…MEMBAUR DALAM NAPAS JUANGMU..
TANAH INI CUMA SATU…MEMANGGIL DARI DALAMNYA LUKAMU.

DOA INI JUGA CUMA SATU…
SESUCI PUTIH TULANGMU…SEMURNI TETES DARAHMU…

ENGKAULAH PAHLAWAN ITU……… !!
DALAM HARAP YANG CUMA SATU…!!
…………………
MERDEKA !! DAN…BERSATU…!!!


………………………………..17 AGUSTUS 2007………………………..